JAKARTA -Sejenak berlalunya waktu, usai insiden tawuran Bulungan
siswa-siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 70 Bulungan mengiktikadkan diri
untuk tidak akan terlibat tawuran lagi. Ketua Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS) Sekolah Menengah Atas Negeri 70, Candrika Sagita Sari,
menyatakan seluruh siswa berduka akibat tawuran 24 September 2012
tersebut.
"Kami berbelasungkawa sedalam-dalamnya," kata Candrika ketika
berpidato di hadapan seribu teman sekolahnya, Senin, 1 Oktober 2012. Di
dampingi Ketua Perwakilan Kelas Fauzan Ramadhan, dia mendeklarasikan
komitmen untuk berhenti tawuran juga menghapus kekerasan fisik di
internal sekolah.
Candrika mengajak rekan-rekannya memanfaatkan momen ulang tahun
Sekolah Menengah Atas Negeri 70, pada 5 Oktober 2012 sebagai titik awal
perubahan.
"Mari kita lahirkan 70 yang baru. Tidak ada lagi tawuran, kekerasan,
senioritas, dan hal-hal negatif lainnya. Kita harus jadi pionir 70 yang
baru," katanya.
Dia menyebutkan siswa harus menyalurkan energi buat hal positif. "SMA
mana lagi yang bisa buat pensi (pentas seni) sebesar GK (Gelar
Kreativitas)? Cup sebesar Bulungan Cup?", Candrika membangkitkan
semangat teman-temannya. Dalam sekejap, para murid pun bersorak-sorai.
Candrika dan Fauzan menceritakan bahwa awal mula kekerasan ada di
sekolah. Ada penanaman persepsi bahwa SMAN 70 adalah miniatur kehidupan.
Jadi, harus bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Persepsi
ini diterjemahkan oleh setiap siswa bahwa harus merasakan ''pendidikan''
secara fisik oleh seniornya.
Sebagai simbol penghapusan senioritas, Candrika dan Fauzan memanggil
perwakilan dari kelas X sampai XII. Di halaman sekolah, kakak kelas
melepas kuncir rambut adik kelasnya dan saling bertukar sepatu.
Sumber: Tempo.co
Butuh RPP Berkarakter SMK